Kenangan indah bersamamu takkan ku lepas ia berlalu..
Ya.. sepertinya lirik nasyid di atas sangat mewakili diriku dengan sekolahku tercinta, Madrasah TBS Kudus. Bagaimana tidak, setelah sekian lama berpisah, sejak lulus pada tahun 2000, selalu saja merindukan pelbagai suasana indah bersamanya, rindu dengan nasehat-nasehat para masyayikh yang tawadhu', wara', dan mukhlisin, rindu dengan suasana tiap harinya; para siswa dan santri yanbu'ul qur'an yang sudah hafal Al Qur'an rajin memuroja'ah hafalannya, para siswa yang rajin berpuasa, yang rajin tilawah Al Qur'an min imal 1 juz tiap harinya, yang rajin qiyamullail/ bertahajjud ria yang memanfaatkan jam-jam kosong dan waktu istirahat untuk tidur dengan harapan bisa bangun kembali besok malamnya, ada juga yang tidur karena masih mengantuk dan lain-lain. Banyak sekali kisah-kisah dan suasana yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang semuanya itu menyatu menghadirkan suatu kerinduan tersendiri di hati.
Saya sendiri tidaklah sepenuhnya dididik di sekolah ini dari awal, yaitu tingkat dasar (MI) sampai tingkat atas (MA) seperti kebanyakan teman-teman saya yang sangat beruntung bisa menikmati pendidikan di Madrasah TBS ini mulai dari tingkat dasar/ MI, sedang saya hanya diberikan kesempatan oleh Allah untuk menimba ilmunya di tingkat Madrasah Aliyah (MA) saja, namun ruh, energi, dan semangat Madrasah TBS Kudus itu akan selalu terpatri dalam sanubari yang mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari.
Alhamdulillah, kini Madrasah yang lahir pada tanggal 7 Jumadil Akhir 1347 H/ 21 Nopember 1928 M ini akan berulang tahun yang ke- 89 pada tanggal 7 Jumadil Akhir 1436 H atau hari sabtu, 28 Maret 2015.
Demikian sekelumit kisah kenangan indahku bersama Madrasah TBS Kudus, sebagai perkenalan, berikut sejarah singkat Madrasah TBS Kudus.. saya copas saja dari web Sitenya.. yuks cekidot.. :-)
MADRASAH SALAFIYYAH BERORIENTASI GLOBAL
Awalnya,
lembaga pendidikan yang kini menginjak usia 81 tahun ini hanyalah madrasah
diniyah. Kini, lembaga pendidikan ini terus berkembang dan memiliki 9 unit
pendidikan dengan peserta didik tidak kurang dari 3500 siswa.
LOKASINYA strategis, hanya 600 meter sebelah utara Masjidil Aqsha (Menara
Kudus). Tepatnya di desa Kajeksan, Kecamatan Kota Kudus. Madrasah ini didirikan
oleh KH Ahmad Hadziq dan KH Abdul Muhith, dua ulama terkemuka di Kudus, pada
tanggal 7 Jumadil Akhir 1347 H bertepatan dengan 21 Nopember 1928 M dengan nama
Tasywiquth Thullab.
Pada awalnya, madrasah ini hanya memberikan kajian dari kitabkitab kuning
sehingga disebut Madrasah Diniyyah. Namun, seiring perkembangan zaman dan
kebutuhan akan pendidikan umum, maka pada tahun 1935 seorang tokoh muda Kudus,
KH Abdul Jalil (ahli falak Nasional) sepulang dari perguruan tinggi di Saudi
Arabia berinisiatif menambahkan sedikit pengetahuan umum. Tak hanya itu, ia
juga memberikan tambahan nama School di belakangnya menjadi Tasywiquth Thullab
School, dengan singkatan TBS. Ini merupakan strategi Kiai Jalil agar tidak
dicurigai pemerintah kolonial. Sejak itu, TBS mulai menggeliat dan menunjukkan
perkembangan.
Selain
madrasah ibtidaiyah yang sudah ada sejak awal mula didirikan, barulah pada
tahun 1950 dibuka MTs. ”Sedangkan Madrasah Aliyah TBS baru berdiri tahun 1972,”
kata KH Mustofa Imron, S.HI, Kepala MA TBS. Ketiga unit pendidikan di atas
dikhususkan untuk putra dan masuk pagi hari.
Karena banyak permintaan dari masyarakat untuk membuka pendidikan bagi kaum
hawa, maka pada tahun 1988 dibukalah Madrasah Diniyyah Putri (MADIPU) yang
masuk siang hari. Dilanjutkan dengan dibukanya Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ)
TBS tahun 1990 dan Madrasah Ilmuilmu AlQur’an (MIQ) TBS tahun 1992 yang masuk
sore hari.
Namun, menurut KH Choiruzyad TA, kepala pengurus Madrasah TBS, pada 1982
nama belakang School diganti dengan Salafiyyah oleh KH Turaichan Adjhuri,
selaku dewan penasehat dan tokoh perintis Madrasah TBS Kudus. Hingga kini nama
tersebut menjadi ciri khas TBS, bahkan seolah membawa barakah tersendiri, sebab
setelah ditambahkan Salafiyyah, TBS terus bertambah maju. Sebagai penghormatan,
hingga kini nama KH Turaichan Adjhuri diabadikan sebagai nama jalan madrasah
ini berada.
Pada tahun 1992 karena kepentingan akreditasi, Madrasah TBS bernaung di
bawah Yayasan Arwaniyyah Kudus, yang juga menaungi Pondok Pesantren Yanbu’ul
Qur’an Kudus. Hal itu dilakukan untuk mempermudah proses akreditasi dan
mempunyai visi dan misi yang sama. Selain itu, Yayasan Arwaniyah juga berada di
bawah kendali salah seorang sesepuh Madrasah TBS Kudus, yaitu KH Muhammad
Arwani Amin.
Pendidikan Sesuai Kebutuhan
Yang menjadi ciri khas sekaligus tantangan, bagi mereka yang tidak bisa
lulus test masuk ke MTs dan MA, maka agar tidak mengulang di MI atau MTs
terlalu lama, Madrasah Persiapan Tsanawiyyah (MPTs) didirikan pada tahun 1991.
Disusul Madrasah Persiapan Aliyah (MPA) tahun 1998. Masingmasing sekolah
persiapan ini berdurasi 2 tahun.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan berdirinya Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK) pada 1994, yang siswanya diasramakan. “Namun, sesuai instruksi
Dirjen Pendidikan Pusat, MAK ini akhirnya menjadi MAPK (Madrasah Aliyah Program
Kejuruan),” Kata KH Ulil Albab Arwani, pimpinan pondok MAPK. Sedangkan MA TBS
sendiri masih menyediakan 3 program (jurusan) yaitu IPA, IPS dan Bahasa.
Untuk menyeimbangkan antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Madrasah
TBS juga dilengkapi dengan laboratorium biologi, fisika, kimia, komputer dan
multimedia, serta perpustakaan guna menunjang kegiatan belajar mengajar agar
lebih baik.
Agamis dan Unggul dalam IPTEK
Sesuai
dengan visi misi Madrasah TBS Kudus yaitu “Mencetak kader yang tangguh dalam
Iman dan Taqwa, unggul dalam IPTEK beraqidah Ahlussunnah Waljama’ah”, jajaran
pengurus Madrasah TBS Kudus menerapkan sistem pembelajaran yang ketat, efektif
dan efisien dengan tanpa menghilangkan jati diri salafiyyahnya. Sikap tawadlu’
dan ahlaqul karimah kepada para Masyayikh dan Ustadz selalu ditanamkan kepada
siswa baik dalam lingkungan Madrasah maupun di luar Madrasah.
Kiai Musthofa juga menambahkan bahwa MA TBS sendiri mempunyai 48 jam mata
pelajaran, untuk Kurikulum Negeri (KTSP) hanya 32 mata pelajaran yang
diharuskan dimasukkan, itu sudah termasuk pelajaran agama dari Depag, jadi
masih sisa 16 jam pelajaran yang diisi dengan kurikulum lokal berupa kajian
kitab kuning (salaf) dalam berbagai disiplin ilmu, seperti nahwu, sharaf, ushul
fiqih, balaghah, akhlaq, tafsir, mantiq, falak, tashawuf, faraid, fiqih dan
sebagainya. ”Dengan begitu, di samping siswa mendapatkan materi pelajaran
sebagaimana di sekolah umum juga menerima materi keagamaan sebagaimana yang
diajarkan di pondok pesantren,” terang Kiai Musthofa.
“Bisa dikatakan Madrasah TBS Kudus menggunakan kurikulum plus yaitu satu
sisi menggunakan kurikulum salaf dengan kemasan kitabkitab kuning, satu sisi
menggunakan kurikulum Negara, baik Diknas maupun Depag,” sahut Ustadz Syafi’i
Noor, kepala TU MA TBS.
Guna membekali siswa dengan ketrampilan IPTEK, aktivasi laboratorium selalu
ditekankan oleh pihak Madrasah terhadap siswa. ”Hampir tiap hari ruangan
laboratorium selalu terpakai dengan penyediaan bahan praktek dari madrasah, di
samping ditunjang oleh pengajar yang berkompeten di bidangnya masingmasing,
bahkan ada pula dari staf pengajar kami yang menjadi dosen di sebuah
universitas swasta terkemuka di Kudus,” imbuh Kiai Mustofa yang juga wakil
ketua LP Ma’arif NU Cabang Kudus. Dengan demikian siswa Madrasah TBS Kudus
selain cakap dalam ilmu agama juga mumpuni dalam bidang IPTEK.
Selain materi formal, siswa Madrasah TBS Kudus juga disibukkan dengan
berbagai kegiatan, utamanya kegiatan ini ditangani oleh IPNU Komisariat TBS.
IPNU Komisariat TBS ini seringkali mengadakan kegiatan sosial yang menunjang
dan mendukung aktivitas para siswa, seperti bakti sosial, latihan dasar kepemimpinan,
diklat jurnalistik, dlsb. ”Sebab, bagi kami, ilmu yang didapat juga harus
ditunjang segala aktivitas lainnya,” tutur Kiai Musthofa. Bahkan, sebagai wadah
pembelajaran dan mengasah kreatifitas jurnalistik, Madrasah TBS juga
menerbitkan buletin bulanan dan Majalah AthThullab. Perkembangan terakhir
Madrasah TBS bekerjasama dengan pihak Depag untuk memberikan beasiswa terhadap
siswa yang berprestasi untuk kuliah di Universitas Umum dan Keagamaan Negeri
seperti UNAIR, UGM, UNDIP, UIN, IAIN dan lain-lain.
Selain itu, Madrasah TBS Kudus juga memberikan beasiswa pada siswa yang
berprestasi untuk meneruskan studi ke luar negeri, terutama ke Timur Tengah,
diantaranya ke Universitas AlAzhar Mesir, Syiria, Turki, Arab Saudi, Sudan dan
Libya.
“Alhamdulillah, anak-anak kita mampu dan tercover untuk meraih beasiswa
tersebut untuk melanjutkan kuliah di universitas umum yang notabene didominasi
anakanak dari sekolah umum. Selain itu, alumni kami juga banyak yang
melanjutkan studi ke luar negeri,” terang ayah lima orang putra ini.
Selain
itu, tidak sedikit alumni Madrasah TBS yang telah berhasil menjadi tokoh
masyarakat dan di berbagai bidang, khususnya pendidikan. Diantaranya adalah
Prof Dr KH Chatibul Umam, rektor PTIQ Jakarta dan salah satu Rais Syuriah PBNU;
Prof Dr Ahmad Rofiq, MA guru besar IAIN Walisongo Semarang, sekretaris MUI
Jateng dan rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang; H Sirril Wafa,
MA, dosen Universitas Islam Jakarta; Dr H Muhayya, MA, dosen pasca sarjana IAIN
Walisongo Semarang; dan Prof Dr Maghfur Utsman, guru besar dan mantan rektor
perguruan tinggi di Brunei Darussalam. (Syahid/d!N0)
*) Dimuat di Majalah AULA Edisi Maret 2009
Web TBS Kudus :
0 Responses So Far: